会员登录 - 用户注册 - 设为首页 - 加入收藏 - 网站地图 Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos!

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

时间:2025-05-29 04:27:08 来源:quickq安卓版安卓下载 作者:探索 阅读:863次
Jakarta,quickq官方网站安卓 CNN Indonesia--

Media sosial (medsos) menjadi sesuatu yang lekat dengan kehidupan masyarakat di era digital. Konsumsi konten receh secara berlebihan di media sosial ternyata bisa berdampak buruk, salah satunyabrain rot.

Brain rotsendiri merupakan penurunan kondisi mental akibat konsumsi materi secara berlebihan. Dalam jangka panjang, kondisi ini bahkan disebut dapat meningkatkan risiko terjadinya kecemasan dan depresi.

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

Di era internet, istilah ini merujuk pada konsumsi konten receh di media sosial secara berlebihan.

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

ADVERTISEMENT

Mengenal Brain Rot, Dampak Kecanduan Konten Receh di Medsos

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Afifah, istilah brain rotpertama kali muncul pada sekitar tahun 1800-an. Kini, istilah tersebut dipopulerkan oleh Gen Z dan Gen Alpha.

"Untuk sosial media itu sendiri sangat berdampak [menyebabkan Brain Rot], karena aktivitas pada sosial media seperti TikTok, Instagram, atau YouTube Shorts itu kan aktivitas yang singkat, maksimal 30 detik sampai 60 detik dan itu sifatnya entertaining. Orang itu akan mendapatkan kepuasan secara instan. Dari kepuasan instan itu dan juga kalau kontennya dirasa tidak menyenangkan atau membosankan, bisa scrolllagi," kata Afifah dalam sebuah wawancara dengan CNN Indonesia TV.

"Itu jadinya rentang atensinya berkurang," tambahnya.

Brain rotini berpotensi dialami oleh pengguna di semua rentang usia, baik anak-anak, remaja, maupun orang tua. Beberapa tanda terjadinyabrain rotadalah sulitnya berkonsentrasi kala beraktivitas hingga kesulitan untuk melepaskan diri dari gadget.

Selain itu, ada beberapa ciri lain seperti rentang atensi atauattention spanyang berkurang hingga lebih mudah mengalami stress.

"Cirinya yang paling sering terlihat adalah rentang atensinya berkurang. Itu tidak hanya menyerang kognitif, tapi juga kesehatan mental. Jadi lebih sering stress, cemas, jadi FOMO (fear of missing out). Dan juga bisa mengisolasi diri dari lingkungan sosial," tutur Afifah.

Menurut Afifah, masalah isolasi diri dari lingkungan sosial tersebut terjadi karena yang terlihat di sosial media itu hanya yang bagus-bagus saja, dan jarang sesuatu yang sedih.

"Jadi orang enggak relatedengan kesedihan orang lain. Lebih iri melihat dia udah sukses, dia bahagia," jelasnya.

Lebih lanjut, Afifah mengatakan durasi ideal untuk bermain medsos adalah 2 jam sehari, terutama untuk anak-anak dan remaja yang perkembangan otaknya sedang pesat.

(lom/sfr)

(责任编辑:娱乐)

相关内容
  • Heru Budi Resmikan TPS 3R Pasar Induk Kramat Jati, Mampu Tangani 100 Ton Sampah Per
  • Lewat NIB hingga Bibit Cabai, Pertamina dan Bank Mandiri Tingkatkan Ekonomi Perempuan Suku Bajo
  • 伦敦大学学院奖学金申请条件解析
  • Produk Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Bio Farma Jadi Radiofarmaka Lokal Pertama Berizin BPOM
  • VIDEO: Banjir Promo dan Diskon Produk Lokal di Jakarta X Beauty 2024
  • 摄影专业大学排名靠前的院校有哪些?
  • ICI 2025 Angkat Lima Pilar Utama Pembangunan Infrastruktur
  • 中央圣马丁艺术与设计学院奖学金介绍
推荐内容
  • 5 Jus Terbaik buat Otak, Bantu Atasi Tumor Otak
  • Tanggapi Spekulasi Gulung Pabrik, Ini Jawaban Resmi Nissan Motor Corporation
  • Ciuman di 12 Titik Ini, Bakal Buat Pria Mabuk Kepayang
  • Beda Tradisi Salat Tarawih NU dan Muhammadiyah
  • Berkas Perkara Siskaeee CS, Masuk Pelimpahan Tahap 1
  • IIS 2025 Tegaskan Kolaborasi Lintas Sektor Dorong Asuransi Berkelanjutan